Kuliah Umum Prof. Ignatius Bambang Sugiharto
[:IN]
Program Magister Studi Pembangunan SAPPK ITB menyelenggarakan kuliah umum online yang bertajuk “Memaknai Pembangunan dalam Kerangka Kesadaran Berbangsa di Tengah Sistem Internasional yang Kian Terintegrasi dan Efisien”. Kuliah umum tersebut menghadirkan narasumber Prof. Ignatius Bambang Sugiharto selaku Guru Besar Fakultas Filsafat Universitas Parahyangan. Kegiatan perkuliahan umum ini terbuka bagi seluruh sivitas akademika Program Magister Studi Pembangunan SAPPK – ITB dan umum yang diselenggarakan pada hari Rabu, 9 Desember 2020 pukul 13.00 – 15.00 WIB melalui media online.
Perkuliahan umum ini dimoderatori Dosen pengampu matakuliah SP5103 Etika dan Pembangunan Program Magister Studi Pembangunan yaitu Indah Widiastuti, S.T., M.T., Ph.D. Beliau menyampaikan harapan dalam perkuliahan ini, “secara khusus kuliah tamu ini ditujukan bagi para mahasiswa pascasarjana Program Magister Studi Pembangunan ITB khususnya peserta SP5103 Etika dan Pembangunan harapannya adalah agar mahasiswa dapat belajar berefleksi kritisi geliat global organisasi secara bijak dan waspada dengan dasar etis. Tentu yang paling penting adalah disadari dilakukan secara sadar karena satu saat pengetahuannya tentu akan sangat dibutuhkan karena kita yang hadir disini adalah pihak-pihak potensial yang akan melahirkan rancangan kebijakan dan program program di wilayah kerja masing-masing.”
Diskusi diawali dengan beberapa pendapat dari Prof. Ignatius Bambang Sugiharto dan menjadi topik yang menarik untuk dibahas. “Etika tidak langsung berbicara memaknai norma dan kaidah etika Pembangunan, itu saya kira yang lebih tepat adalah kaitanya dengan model ideal dengan model pembangunan seperti apa yang diidamkan oleh masyarakat”, ujar Prof. I. Bambang Sugiharto.
Lebih lanjut lagi beliau menjabarkan mengenai “ideal macam apa sih sebetulnya? Nilai itu banyak sekali, tapi nilai mana yang dituntaskan supaya kemanusiaan kita itu tetap terjaga. Posisi negara bangsa sekarang dalam ketegangan antara situasi kiprah internasional maupun tuntutan integritas global dan lokal supaya mudah. Kemudian beliau menuturkan bahwa hampir seluruh bidang kehidupan kita itu memang akan ditentukan dan akan dikelola data sains, itu merupakan sesuatu yang ambigu karena di satu sisi memang hidup kita deterministik yang makin ditentukan pihak luar yang anonym. Algoritma dan data sains itu ditentukan oleh admin tapi kurang anonym dan hanya menimbulkan banyaknya teori konspirasi. Jadi memang situasi kita itu paradoksal antara deterministik dan non deterministik dan yang dua-duanya sama kuat karena di negara-negara maju yang kedua itu global dalam artian begini, bahwa situasi global ini berinteraksi dengan dunia lokal itu memaksa kita berpikir kembali tentang menjadi modern itu apa, dan banyak juga korban dari teknologi, ini ada tokoh yang saya kira menarik tapi modernitas yang menjadi refleksif karena ternyata dunia teknologi itu memang makin canggih pada situasi yang mutakhir ini justru melahirkan resiko yang semakin tinggi, selain melahirkan teknologi yang semakin canggih adapun dampak atau resiko yang global yang menyangkut semua negara menyangkut semua bangsa tapi juga resikonya itu berdampak kesekian generasi karna kaya kerusakan alam itu tuh dampaknya jangka panjang apalagi di negara berkembang, kerusakan-kerusakan ekosistem”